Mari kita berbagi Ilmu
Daftar Blog Saya
Jumat, 15 November 2013
Music Director
Music Director (dikenal juga dengan singkatan MD) bertanggungjawab terhadap format musik yang telah ditetapkan oleh station radio. Dari format music yang telah dipilih inilah, seorang MD harus bisa mengarahkan dan mengawasi pemutaran music dan lagu-lagu yang memang sesuai formatnya. Tanggungjawab seorang MD mulai dari mencari, memilih, menentukan dan menyediakan lagu-lagu/musik yang sesuai dengan format radio yang telah ditetapkan. Kemudian juga melakukan analisa dan menyediakan informasi terkini tentang perkembangan dunia musik, selera musik pendengar, dan media pesaing sehingga dapat menyediakan musik yang selalu sesuai dengan kebutuhan pendengar.
Menjadi sebuah kewajiban bagi Music Director untuk mengetahui berbagai format music yang banyak digunakan di radio (Top 40, Adult Contemporary, Progressive Rock, Middle of the Road, dsb), sehingga MD bisa membuat batasan yang jelas ketika menentukan lagu-lagu atau music yang harus diputar. Misalnya, ketika sebuah station radio menetapkan format musiknya adalah Top 40, tentu seorang MD tidak akan pernah menyediakan lagu-lagu kategori Golden Oldies. Atau ketika format musiknya Easy Listening, seorang MD tidak akan memasukkan lagu dengan kategori Disco beat maupun House Music.
Music Director harus mengetahui pula mengenai variasi dan kombinasi dari tempo music dan sound.
Dengan bekal pengetahuan dasar mengenai format music dan variasi dasar tentang music ini, maka seorang Music Director diharapkan bisa menjamin pemutaran music dan lagu-lagu yang tepat dari sisi kualitas dan kuantitasnya sesuai format music yang telah ditetapkan oleh sebuah station radio. Selanjutnya Music Director siap menjalankan tugas dan wewenangnya, antara lain :
Membuat rencana pemutaran lagu dengan memperhatikan rencana siaran secara keseluruhan sesuai program harian, mingguan, maupun program bulanan.
Dalam program harian misalnya, Music Director menyiapkan play list sesuai dengan kategori yang telah dibuat untuk setiap jamnya. Dari program music harian ini, Music Director kemudian membuat play list lagu yang kemudian disimpan dalam software player yang dipergunakan di station radio bersangkutan (kami biasa pakai Raduga). Selain menyiapkan playlist lagu atau music, Music Director juga menyiapkan pernik-pernik siaran untuk mendukung siaran agar memiliki atmosfer yang akan membentuk theater of mind audience. Pernik siaran yang harus disiapkan antara lain; sound effect, bumper in/bumper out, smash music, bridging music, dsb.
Setelah play list telah disiapkan oleh Music Director, tugas berikutnya adalah memeriksa dan memastikan pelaksanaan pemutaran lagu oleh penyiar dan operator sesuai dengan format yang telah ditetapkan. Selain acara music by request, penyiar maupun operator siaran harus memutarkan musik sesuai dengan playlist yang telah dibuat oleh Music Director.
Dalam lingkup kerjanya, Music Director juga melakukan perkerjaan administrasi, antara lain :
1. Membuat data base lagu yaitu penyusunan katalog/daftar lagu/materi music sesuai dengan format music di station radio bersangkutan.
2. Membuat data pemutaran lagu untuk menghindari repetisi pemutaran lagu yang terlalu cepat oleh penyiar atau operator yang berbeda.
3. Melakukan pendataan terhadap penambahan lagu-lagu baru.
Untuk meng-update koleksi lagu-lagu dan informasi mengenai music, seorang Music Director harus selalu mengembangkan hubungan kerjasama dengan kalangan musisi, perusahaan rekaman, dan masyarakat musik lainnya. Dengan kerjasama ini, station radio biasanya akan memperoleh demo lagu, mini album, atau sample lagu sebelum seorang musisi/penyanyi merilis lagu atau album terbarunya.
Music Director di Sajaddah Fm
Hello Sobat Perkenalkan Nama Saya Rizal Tanjung, Pekerjaan saya adalah mengurusi music di Radio Religi Sajaddah Fm 93,2 MHz atau istilah kerennya MD (Music Director) oke pekerjaan ini boleh dibilang tidak terlalu sulit walau terkadang menuntut keprofesianalismean seorang MD.di Radio Sajaddah yg notabenenya musik religi maka format lagu lagunya pun religi islami semua dan tentunya saya memasukan juga lagu lagu yang bernuansa sosial,persahabatan,dan semangat.
Nah sobat dulu ceritanya saya sangat suka dengar Radio apalagi musiknya yang diputar enak dikuping hehehhehe pengen jadi seorang penyiar waktu itu dan ternyata Allah mengabulkan dan menambah impian itu dengan semangat dakwah..tidak kebetulan Radio Religi Ke 2 di Gorontalo ini mempunyai Visi & Misi yang sangat kuat,menantang,dan tentunya berkarakter…Visi Sajaddah Fm adalah “Menjadi Media Dakwah Ummat” terlahir dari seorang Mualaf Bapak Mohammad Benny Mbo’oh sebagai kredibilitasnya kepada islam yang belum tentu orang islam yag dari lahir memiliki ide dan upaya yg sama seperti beliau.
Oke sobat kembali ke music director dulu yaaa…..sejarah gue bergabung dengan sajaddah fm ini bermula dari bertemunya saya dengan beberapa orang teman yang pada waktu itu bangunan studio sudah 99% rampung tinggal bagian dalam studio yang diburu pembuatanya karena dikejar waktu ( saat itu tim teknis dari singapura akan datang melatih sekaligus memasang antena dan peralatan radio). Nah saya bantu bantu deh mengelem dll untuk ruang siaran & studio. pada waktu itu frekwensinya masih 99,9 Sajaddah fm. Oke sobat itu sedikit cerita seluk beluk gue ngenal sajaddah. Nah akhirnya gue ditawarin tuh jadi Mdnya sajaddah sama dirutnya Bapak M.Benny.M gue punya tugas khusus mencari lagu2 yang formartnya adalah religi dan sosial…dan Radio ini menurut saya adalah Radio yang sangat pas buat sobat muda yang ingin mendekatkan diri kpd Allah.. loh koq…? Ia ia lagu lagunya memotivasi sobat loooh dan mengingatkan diri kita bahwa manusia itu kecil di hadapan Allah jadi kita akan selalu diingatkan tentang perkara2 yg sering terlalaikan oleh manusia. Ngak ada tu pacar pacaran lagi klw mau romantis banyak nasyid yang bertemakan cinta (karena Allah) dan musik yang easy listening ngak kalah sama musik musik sekuler yg kata2 dan bahasanya syarat duniawi semata.
Radio Sajaddah fm bisa menjadi mercusuar harapan ditengah tengah ummat yg lagi bingung tentang misalnya apa musik haram? Sejatinya sajaddah fm akan membuat suasana ruang dengar sobat semakin rohani dan menambah semangat berkativitas.
Ummat akan dibawa kpd pemikiran baru yg murni (maksudnya) ia ajaran2 yg dibawa oleh para nabi/rasul maksudnya…pokoknya dengarin aja tuh 93,2 sajaddah fm nanti ngerti senndiri. Hehehhee
InsyaAllah media ini menjadi bagian sejarah diman zaman golden age islam akan segara datang sesuai janjiNya dan jadilah sobat kita semua penyampai kebaikan,lakukan yang benar dan baik,lalu meninggalah dalam keadaan yg damai dan meniggalkan harta yg tiada akan habisnya yaitu amal jariyah dan ilmu yg bermanfaat.
S yukron Katsiran
By Rizal Tanjung
Minggu, 05 Agustus 2012
Nasyid Terpilih: Syaamil - Tegar
Nasyid Terpilih: Syaamil - Tegar: "Aku bisa tegar karena-Mu. Bisa berpikir hidup ini indah. Meski tertatih terhempas-hempas, namun ku coba bertahan. Terima kasih tlah memb...
Jumat, 20 Januari 2012
Selasa, 17 Januari 2012
Jenazah Ditemani Bidadari
Jenazah Ditemani Bidadari
Berita Alam Kubur kali ini diambil dari kisah pada zaman Khalifah Umar bin Khattab tentang jenazah yang ditemani oleh bidadari cantik. Alangkah bahagianya si jenazah memperoleh nikmat tersebut.
Agama Islam mengajarkan bahwa azab kubur itu memang ada dan kenyataan, dan mungkin hal inilah salah satu hal yang membedakan dengan agama lain.
Wallahu A'lam.
Seperti yang terjadi pada seorang pemuda di zaman Khalifah Umar bin Khattab, ia mendapat nikmat kubur berupa ditemani bidadari di alam kubur.
Bagaiman hal itu bisa terjadi.
Kisahnya.
Diriwayatkan oleh Imam Hakim, dari Yahya bin Ayyub ra berkata, di zaman khalifah Umar bin Khattab ra, ada seorang pemuda yang saleh dan sangat rajin beribadah. Bahkan Khalifah sendiri pun sangat senang apabila melihat pemuda tersebut sedang melaksanakan shalat.
Setiap malamnya, setelah shalat isya di masjid, pemuda itu pergi mengunjungi ayahnya yang sudah tua renta. Antara masjid dan rumah ayahnya, ada seorang wanita yang cantik dan selalu memperhatikan gerak-gerik pemuda saleh tersebut. Wanita itu sangat terpesona dan rupanya mencintai pemuda itu.
Maka, pada suatu malam, wanita itu menunggu pemuda saleh tersebut di jalan yang biasa dilaluinya. Seperti biasanya, selepas isya, pemuda tersebut datang ke rumah ayahnya. Ketika di tengah jalan, pemuda itu berjumpa dengan wanita tadi.
"Mampirlah sebentar ke rumahku," kata wanita itu.
Menolak Maksiat.
Si pemuda saleh itu rupanya tergoda dengan bujuk rayu wanita cantik itu.
Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju rumah wanita penggoda, akan tetapi, ketika si pemuda akan melangkahkan kakinya untuk melintasi pintu rumah, secara tiba-tiba pemuda tersebut mengucapkan salah satu ayat Al Qur'an yang kurang lebih artinya,
"Dan orang-orang yang bertakwa, ketika setan memasukkan perasaan was-was ke dalam hatinya, maka ia akan dapat membedakan mana yang haq dan mana yang batil."
Seketika itu juga, sang pemuda jatuh pingsan. Melihat hal itu, si wanita lalu memanggil budak wanitanya dan mencoba untuk membangunkan si pemuda. Karena pemuda tersebut tidak sadar-sadar juga, maka si wanita dan hamba sahayanya membawa pemuda itu ke rumah ayahnya.
Setelah sampai di depan rumah ayahnya tersebut, si wanita tadi mengetuk pintu rumah dengan kuat lalu melarikan diri bersama budaknya.
Ketika sang ayah membuka pintu, maka ia terkejut melihat anaknya yang tak sadarkan diri terbaring di depan pintu rumahnya.
Lalu pemuda itu dibawa masuk oelh anggota keluarganya yang lain.
Beberapa hari kemudian setelah si pemuda sadar, sang ayah penasaran apa yang sebnarnya terjadi terhadap putranya itu. Lalu sang ayah meminta anaknya untuk menceritakan peristiwa yang dialaminya.
Dua Surga.
Sang pemuda lalu bercerita kepada ayahnya tentang peristiwa yang terjadi pada malam itu.
Ketika si pemuda membaca ayat yang ia sebutkan pada malam itu, amak si pemuda tersebut kembali pingsan tak sadarkan diri.
Melihat hal ini, sang ayah terkejut lagi dan berusaha membangunkan anaknya bersama anggota keluarga yang lain.
Ternyata pemuda tersebut telah meninggal dunia.
Pada malam itu juga, mayat si pemuda dimandikan, dikafani dan dikuburkan.
Keesokan harinya, berita kematian si pemuda tersebut telah sampai ke telinga Amirul Mukminin, Umar bin Khattab ra.
Sang Khalifah pun minta diantar ke kuburan si pemuda tersbut.
Sesampainya di kuburan, Umar ra berkata kepada mayat yang ada di dalam kubur itu dengan membaca surat Ar-Rahman ayat 46 yang artinya,
"Dan bagi orang yang takut saat menghadap Tuhannya ada dua surga."
"Wahai Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa sesungguhnya saat ini aku telah merasakan janji Allah SWT tersebut, yaitu mendapatkan dua surga," jawab pemuda itu dari dalam kubur.
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dua surga tersbut adalah:
1. Satu surga untuk dirinya sendiri.
2. Satu lagi berupa bidadari yang menemaninya di alam kubur.
Kamis, 05 Januari 2012
Sejarah Nasyid
Seni Islam nasyid sudah sejak pertengahan tahun 80-an masuk ke Indonesia. Meskipun masa itu merupakan hiburan yang baru dan hanya berkembang di sekolah tinggi dan universitas, namun nasyid menjadi ikon bagi para intelektual dan perlahan berkembang ke luar kampus.
Musik Kolak
Bukan hal baru lagi kalau nasyid mendapat julukan musik ‘kolakan’, musik ramadhan, karena memang munculnya nasyid sampai saat ini identik dengan bulan puasa. Sedangkan bulan-bulan lain nasyid sangat jarang terdengar. Menjelang ramadhan barulah khalayak bisa menyaksikan festival nasyid, lomba nasyid, parade nasyid dan kegiatan yang sejenisnya, padahal di bulan-bulan lain hampir tidak ada acara semacam ini. Biasanya segenap gegap gempita nasyid akan hilang begitu memasuki bulan syawal. Nasyid sampai saat ini baru berhasil menunjukkan eksistensinya ‘hanya’ di bulan ramadhan atau paling maksimal pada hari besar keagamaan islam saja. Di satu sisi ini memang menguntungkan karena mudah mengidentikkan mana yang jenis musiknya nasyid mana yang bukan. Namun demikian banyak hal-hal kurang menguntungkan yang terpaksa harus dialami oleh tim nasyid: sebutan musik kolak, identik dengan hanya pantas untuk segmen khusus, musik pinggiran dan lain sebagainya.
Eksistensi tim nasyid juga mendapatkan tantangan yang berat justru dari dalam tim nasyid sendiri. Masalah pemahaman tim-tim nasyid yang tidak sama, tidak memiliki visi yang jelas, jargon ‘nasyid buat dakwah’ yang baru berupa retorika sampai kepada persoalan bagaimana sebuah tim nasyid menghadapi ‘fans’ yang terus mengidolakan sehingga sering membuat mereka lupa daratan, lupa tujuan bernasyidnya.
Sementara di sisi lain, ada kenyataan dimana pemusik umum diluar nasyid juga melantunkan syair-syair islam, khususnya di bulan ramadhan, sehingga membuat komunitas nasyid kepincut dan memindahkan perhatiannya kepada grup yang melantunkan syair islam tersebut. Semakin banyaknya grup-grup band yang memanfaatkan ramadhan sebagai ajang mendapatkan keuntungan besar dengan berpindah dari kebiasaan berjingkrak di panggung ke penampilan yang sopan dan syair-syair yang menawan. Pengaruh ini ditambah lagi dengan ‘kurang pede’nya komunitas nasyid untuk menampilkan jati dirinya. Para fans nasyid cenderung pasif dan tidak memberikan dukungan yang lebih kongkrit bagi tim-tim nasyid yang dengan susah payah ingin keluar dari lingkungan indie (under ground) menuju major. Komunitas penikmat nasyid menjadi komunitas yang tidak berdaya untuk mengangkat citra tim-tim nasyid ke permukaan sehingga lebih dikenal masyarakat luas
Faktor Penghambat
Mengamati perkembangan saat ini, khususnya di Indonesia, nasyid sebenarnya mengalami peningkatan animo yang cukup bagus. Di tingkat bawah, sekolah-sekolah menengah bahkan sekolah dasar nasyid tetap masih sangat diminati. Sekolah Islam terpadu bahkan sekolah dasar umum rata-rata paling tidak memiliki satu grup nasyid, apalagi di kota-kota besar, gejala ini sangat kentara. Ada lebih kurang 1500 tim nasyid di seluruh Indonesia. Namun demikian sangat sedikit sekali yang berhasil menjejakkan kakinya di tingkat nasional, padahal di Indonesia ragam nasyid cukup variatif mulai dari jenis perjuangan, fashion, langgam sampai puji-pujian tidak seperti negeri jiran malaysia dan singapura yang hanya memiliki satu jenis nasyid yaitu langgam melayu. Ada beberapa faktor mengapa nasyid masih berjalan di bawah bayang-bayang, tidak muncul ke permukaan:
Pertama, kemampuan bernasyid dari tim-tim nasyid yang masih sangat rendah. Tim nasyid lebih dibekali oleh semangat belaka tanpa latar belakang pemahaman bermusik yang memadai. Akibatnya hanya sedikit sekali tim nasyid yang laik tampil dan laik tayang. Sisanya terpaksa harus hanya manggung dari RW ke RW.
Kedua, banyak tim nasyid yang tidak memahami definisi nasyid sehingga mereka hanya ikut-ikutan, tidak memiliki konsep yang jelas bagaimana karakter nasyid dan mau diapakan konsep tadi. Nasyid bukan sekedar seni islam, tapi ia adalah senandung yang menggerakkan orang yang melantunkannya dan orang yang mendengarnya. Nasyid bukan hanya sekedar bagaimana membawakannya namun lebih dari itu ia adalah bagaimana mengamalkan apa yang ada di dalam setiap bait syair yang dibawakan. Nasyid sejatinya adalah mengajak orang untuk berbuat kebaikan dan menjauhi keburukan, seperti halnya seorang da’i yang berceramah, ceramah itu akan jauh lebih bermakna apabila sang da’i adalah orang pertama yang menjalankan setiap perkataan yang disampaikannya dan mencontohkan semua teladan yang diucapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari titik ini maka memaknai nasyid semestinya harus sejalan dengan memaknai islam. Seorang munsyid (pelantun nasyid) semestinya adalah da’i dalam bentuk yang berbeda, apalagi sebuah tim nasyid, mereka adalah para da’i yang berkolaborasi untuk mengajak pemirsanya mengenal islam lebih baik lagi.
Ketiga, pemahaman yang kurang memadai dari kebanyakan tim nasyid dalam menampilkan nasyid itu di tengah-tengah masyarakat. Hal ini menyebabkan nasyid tidak tepat sasaran. Sebagai seni islam, nasyid bukan hanya layak dibawakan dalam suasana, kondisi dan situasi yang umum saja, bahkan nasyid sebenarnya adalah senandung yang berlaku di semua kesempatan umum dan khusus, yang ketika menampilkannya harus mengacu kepada etika islam dalam pergaulan, etika islam dalam berpakaian dan etika islam dalam berekspresi. Karena itu tidak mungkin sebuah tim nasyid membawakan nasyidnya dalam perhelatan yang dalamnya mencampuradukkan yang haq dan yang batil, audience yang sedang mabuk, bercampur antara pria dan wanita atau bahkan dalam pakaian dan ekspresi yang tidak islami.
Keempat, Manajemen tim nasyid yang memang belum memadai untuk membawa timnya ke tengah masyarakat, terutama industri media dan rekaman sehingga kebanyakan tim nasyid baru berhasil menampilkan identitasnya di lingkungan yang jauh dari industri media dan rekaman.
Kelima, komunitas nasyid cenderung tidak ekspresif dan asertif. Komunitas nasyid sering merasa cukup puas apabila tim nasyid kesukaannya bisa tampil di panggung. Mereka kurang mencoba untuk mendorong tim-tim nasyid masuk kedalam acara-acara di stasiun teve, baik lewat surat yang dilayangkan ke stasiun teve tertentu, atau memberi informasi kepada manajemen tim nasyid agar mereka bisa mendapatkan akses menembus stasiun teve nasional. Belajar dari komunitas dangdut misalnya, mereka berhasil menggabungkan seluruh elemen dalam industri musik dangdut: penyanyinya, manajemennya, fans, produser, distributor, event organizer, bahkan masyarakat penggemar dangdut untuk saling bahu membahu meningkatkan citra musik ini, sehingga sampai hari ini dangdut bisa diterima di tengah-tengah masyarakat, eksis berkiprah dan didukung oleh jutaan pemirsa stasiun teve dan media lainnya dari semua level strata ekonomi.
Akhirnya
Komunitas nasyid di Indonesia perlu belajar dari malaysia, yang sampai hari ini telah berhasil mengangkat martabat nasyid sehingga menjadi genre musik sendiri, mendapatkan penghargaan yang sama dengan musik umum dan memberikan pengaruh yang besar dalam industri musik malaysia. Untuk itu dibutuhkan perhatian yang cukup besar dari komunitas nasyid baik tim nasyid, fans nasyid, penggiat nasyid dan komponen nasyid lainnya agar nasyid bisa muncul ke permukaan, bisa diterima lebih luas lagi dan bukan hanya menjadi musik bulan puasa. Perlu sebuah gerakan bernasyid bersama masyarakat luas sehingga nasyid menjadi suguhan setiap hari, setiap saat. Beragam festival, lomba dan parade nasyid harus sering dilakukan agar tim-tim nasyid mendapatkan pengalaman naik panggung disamping juga sebagai sarana sosialisasi nasyid. Perlu pelatihan terpadu bagi tim-tim nasyid pemula agar segera meningkat kemampuannya Dan pada akhirnya perlu dilakukan penyeragaman pemahaman akan hakekat bernasyid sehingga akan tumbuh sebuah generasi nasyid yang dilengkapi dengan pemahaman yang benar tentang nasyid dan berkemampuan baik untuk ditampilkan di tengah masyarakat.
Musik Kolak
Bukan hal baru lagi kalau nasyid mendapat julukan musik ‘kolakan’, musik ramadhan, karena memang munculnya nasyid sampai saat ini identik dengan bulan puasa. Sedangkan bulan-bulan lain nasyid sangat jarang terdengar. Menjelang ramadhan barulah khalayak bisa menyaksikan festival nasyid, lomba nasyid, parade nasyid dan kegiatan yang sejenisnya, padahal di bulan-bulan lain hampir tidak ada acara semacam ini. Biasanya segenap gegap gempita nasyid akan hilang begitu memasuki bulan syawal. Nasyid sampai saat ini baru berhasil menunjukkan eksistensinya ‘hanya’ di bulan ramadhan atau paling maksimal pada hari besar keagamaan islam saja. Di satu sisi ini memang menguntungkan karena mudah mengidentikkan mana yang jenis musiknya nasyid mana yang bukan. Namun demikian banyak hal-hal kurang menguntungkan yang terpaksa harus dialami oleh tim nasyid: sebutan musik kolak, identik dengan hanya pantas untuk segmen khusus, musik pinggiran dan lain sebagainya.
Eksistensi tim nasyid juga mendapatkan tantangan yang berat justru dari dalam tim nasyid sendiri. Masalah pemahaman tim-tim nasyid yang tidak sama, tidak memiliki visi yang jelas, jargon ‘nasyid buat dakwah’ yang baru berupa retorika sampai kepada persoalan bagaimana sebuah tim nasyid menghadapi ‘fans’ yang terus mengidolakan sehingga sering membuat mereka lupa daratan, lupa tujuan bernasyidnya.
Sementara di sisi lain, ada kenyataan dimana pemusik umum diluar nasyid juga melantunkan syair-syair islam, khususnya di bulan ramadhan, sehingga membuat komunitas nasyid kepincut dan memindahkan perhatiannya kepada grup yang melantunkan syair islam tersebut. Semakin banyaknya grup-grup band yang memanfaatkan ramadhan sebagai ajang mendapatkan keuntungan besar dengan berpindah dari kebiasaan berjingkrak di panggung ke penampilan yang sopan dan syair-syair yang menawan. Pengaruh ini ditambah lagi dengan ‘kurang pede’nya komunitas nasyid untuk menampilkan jati dirinya. Para fans nasyid cenderung pasif dan tidak memberikan dukungan yang lebih kongkrit bagi tim-tim nasyid yang dengan susah payah ingin keluar dari lingkungan indie (under ground) menuju major. Komunitas penikmat nasyid menjadi komunitas yang tidak berdaya untuk mengangkat citra tim-tim nasyid ke permukaan sehingga lebih dikenal masyarakat luas
Faktor Penghambat
Mengamati perkembangan saat ini, khususnya di Indonesia, nasyid sebenarnya mengalami peningkatan animo yang cukup bagus. Di tingkat bawah, sekolah-sekolah menengah bahkan sekolah dasar nasyid tetap masih sangat diminati. Sekolah Islam terpadu bahkan sekolah dasar umum rata-rata paling tidak memiliki satu grup nasyid, apalagi di kota-kota besar, gejala ini sangat kentara. Ada lebih kurang 1500 tim nasyid di seluruh Indonesia. Namun demikian sangat sedikit sekali yang berhasil menjejakkan kakinya di tingkat nasional, padahal di Indonesia ragam nasyid cukup variatif mulai dari jenis perjuangan, fashion, langgam sampai puji-pujian tidak seperti negeri jiran malaysia dan singapura yang hanya memiliki satu jenis nasyid yaitu langgam melayu. Ada beberapa faktor mengapa nasyid masih berjalan di bawah bayang-bayang, tidak muncul ke permukaan:
Pertama, kemampuan bernasyid dari tim-tim nasyid yang masih sangat rendah. Tim nasyid lebih dibekali oleh semangat belaka tanpa latar belakang pemahaman bermusik yang memadai. Akibatnya hanya sedikit sekali tim nasyid yang laik tampil dan laik tayang. Sisanya terpaksa harus hanya manggung dari RW ke RW.
Kedua, banyak tim nasyid yang tidak memahami definisi nasyid sehingga mereka hanya ikut-ikutan, tidak memiliki konsep yang jelas bagaimana karakter nasyid dan mau diapakan konsep tadi. Nasyid bukan sekedar seni islam, tapi ia adalah senandung yang menggerakkan orang yang melantunkannya dan orang yang mendengarnya. Nasyid bukan hanya sekedar bagaimana membawakannya namun lebih dari itu ia adalah bagaimana mengamalkan apa yang ada di dalam setiap bait syair yang dibawakan. Nasyid sejatinya adalah mengajak orang untuk berbuat kebaikan dan menjauhi keburukan, seperti halnya seorang da’i yang berceramah, ceramah itu akan jauh lebih bermakna apabila sang da’i adalah orang pertama yang menjalankan setiap perkataan yang disampaikannya dan mencontohkan semua teladan yang diucapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari titik ini maka memaknai nasyid semestinya harus sejalan dengan memaknai islam. Seorang munsyid (pelantun nasyid) semestinya adalah da’i dalam bentuk yang berbeda, apalagi sebuah tim nasyid, mereka adalah para da’i yang berkolaborasi untuk mengajak pemirsanya mengenal islam lebih baik lagi.
Ketiga, pemahaman yang kurang memadai dari kebanyakan tim nasyid dalam menampilkan nasyid itu di tengah-tengah masyarakat. Hal ini menyebabkan nasyid tidak tepat sasaran. Sebagai seni islam, nasyid bukan hanya layak dibawakan dalam suasana, kondisi dan situasi yang umum saja, bahkan nasyid sebenarnya adalah senandung yang berlaku di semua kesempatan umum dan khusus, yang ketika menampilkannya harus mengacu kepada etika islam dalam pergaulan, etika islam dalam berpakaian dan etika islam dalam berekspresi. Karena itu tidak mungkin sebuah tim nasyid membawakan nasyidnya dalam perhelatan yang dalamnya mencampuradukkan yang haq dan yang batil, audience yang sedang mabuk, bercampur antara pria dan wanita atau bahkan dalam pakaian dan ekspresi yang tidak islami.
Keempat, Manajemen tim nasyid yang memang belum memadai untuk membawa timnya ke tengah masyarakat, terutama industri media dan rekaman sehingga kebanyakan tim nasyid baru berhasil menampilkan identitasnya di lingkungan yang jauh dari industri media dan rekaman.
Kelima, komunitas nasyid cenderung tidak ekspresif dan asertif. Komunitas nasyid sering merasa cukup puas apabila tim nasyid kesukaannya bisa tampil di panggung. Mereka kurang mencoba untuk mendorong tim-tim nasyid masuk kedalam acara-acara di stasiun teve, baik lewat surat yang dilayangkan ke stasiun teve tertentu, atau memberi informasi kepada manajemen tim nasyid agar mereka bisa mendapatkan akses menembus stasiun teve nasional. Belajar dari komunitas dangdut misalnya, mereka berhasil menggabungkan seluruh elemen dalam industri musik dangdut: penyanyinya, manajemennya, fans, produser, distributor, event organizer, bahkan masyarakat penggemar dangdut untuk saling bahu membahu meningkatkan citra musik ini, sehingga sampai hari ini dangdut bisa diterima di tengah-tengah masyarakat, eksis berkiprah dan didukung oleh jutaan pemirsa stasiun teve dan media lainnya dari semua level strata ekonomi.
Akhirnya
Komunitas nasyid di Indonesia perlu belajar dari malaysia, yang sampai hari ini telah berhasil mengangkat martabat nasyid sehingga menjadi genre musik sendiri, mendapatkan penghargaan yang sama dengan musik umum dan memberikan pengaruh yang besar dalam industri musik malaysia. Untuk itu dibutuhkan perhatian yang cukup besar dari komunitas nasyid baik tim nasyid, fans nasyid, penggiat nasyid dan komponen nasyid lainnya agar nasyid bisa muncul ke permukaan, bisa diterima lebih luas lagi dan bukan hanya menjadi musik bulan puasa. Perlu sebuah gerakan bernasyid bersama masyarakat luas sehingga nasyid menjadi suguhan setiap hari, setiap saat. Beragam festival, lomba dan parade nasyid harus sering dilakukan agar tim-tim nasyid mendapatkan pengalaman naik panggung disamping juga sebagai sarana sosialisasi nasyid. Perlu pelatihan terpadu bagi tim-tim nasyid pemula agar segera meningkat kemampuannya Dan pada akhirnya perlu dilakukan penyeragaman pemahaman akan hakekat bernasyid sehingga akan tumbuh sebuah generasi nasyid yang dilengkapi dengan pemahaman yang benar tentang nasyid dan berkemampuan baik untuk ditampilkan di tengah masyarakat.
Ibnu Tufail,, Dokter Agung dari Andalusia
Abubacer. Begitulah orang Eropa menyebut ilmuwan Muslim terkemuka di abad ke-12 M itu. Sejarah per adaban Islam biasa menyebutnya dengan nama Ibnu Tufail. Sejatinya, dokter sekaligus filsuf besar dari era kejayaan Islam Spanyol itu bernama lengkap Abu Bakar Muhammad ibnu Abdul Malik ibnu Muhammad ibnu Tufail Al-Qaisi. Selain dikenal sebagai dokter dan filsuf besar, Ibnu Tufail menguasai ilmu hukum dan ilmu pendidikan. Ibnu Tufail pun dicatat dalam sejarah peradaban Islam sebagai seorang penulis, novelis, dan ahli agama. Pamornya sebagai dokter yang hebat membuat Ibnu Tufail dipercaya oleh Abu Ya’kub Yusufseorang penguasa Dinasti Al-Muwahiddun di Spanyol Islam.
Ibnu Tufail juga termasyhur sebagai seorang politikus ulung. Kariernya di bidang politik dan pemerintahan juga terbilang moncer. Ia sempat ditahbiskan sebagai pejabat di pengadilan Spanyol Islam. Tak cuma itu, Ibnu Tufail pun dipercaya Sultan Dinasti Mu wahiddun menduduki jabatan menteri hingga menjadi gubernur untuk wilayah Sabtah dan Tonjah di Magribi dan sekretaris penguasa Granada.
Sang dokter dan ilmuwan kenamaan dari Spayol Islam ini terlahir pada tahun 1105 M di Guadix, Granada. Setelah beranjak dewasa, Ibnu Tufail berguru kepada Ibnu Bajjah (1100-1138 M), seorang il muwan besar yang memiliki banyak keahlian. Berkat bimbingan sang guru yang multitalenta itu, Ibnu Tufail pun menjelma menjadi seorang ilmuwan besar.
Pemikiran Ibnu Tufail banyak me me ngaruhi Ibnu Rushd alias Averroes (1126- 1198 M). Ibnu Rushd dikenal se bagai salah seorang murid Ibnu Tufail yang sukses. Bahkan, menurut catatan sejarah, astronomer Nur Ed-Din Al-Bet rugi juga sempat menimba ilmu dari Ibnu Tufail. Ibnu Rushd adalah murid kesayangan Ibnu Tufail. Tak heran jika ia mere ko mendasikan Ibnu Rushd menggantikannya setelah pensiun pada 1182 M.
Suatu hari, Abu Bakar Ibnu Tufail memanggil saya dan memberi tahu saya,’‘ tutur Ibnu Rushd dalam buku catatannya. Sang guru memintanya untuk menggantikan posisinya. Ibnu Tufail begitu percaya kepada kemampuan Ibnu Rushd. ‘’Saya yakin Anda bisa karena saya tahu kemampuan Anda.’‘ Ibnu Tufail mewariskan ilmu yang di perolehnya dari Ibnu Bajjah kepada Ibnu Rushd. Ketiga ilmuwan itu turut meno pang perkembangan peradaban Islam di Spanyol. Itulah yang membuat Cor do ba pusat Pemerintahan Spanyol Islam mampu mengimbangi kejayaan ke kha lifahan Islam Abbasiyah di Baghdad.
Hayy ibn Yaqdhan Pamor Ibnu Tufail cukup disegani para pemikir Muslim ataupun non- Muslim. Nama besarnya semakin melambung setelah mengarang sebuah karya sastra berjudul Hayy ibn Yaqdhan (Alive, Son of Awake). Karya sastra yang legendaris itu berupa roman filsafat dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri di sebuah pulau tanpa ada hubungan dengan manusia lain. Anak ini bernama Hayy yang dipelihara oleh Gazelle (rusa). Ibnu Tufail menggambarkan Hayy sejak bayi tinggal sendiri di sebuah pulau yang penuh dengan binatang buas. Hayy dibesarkan rusa. Hingga suatu saat, rusa yang dianggap Hayy sebagai sang ‘ibu’ mati. Setelah itu, Hayy tumbuh dewasa dan menjadi tuan di pulau tersebut.
Keadaan sedikit berubah ketika Hayy bertemu dengan makhluk hidup yang ia pikir hewan, namun berbicara dengan bahasa lain dan menggunakan pakaian. Dialah Absal. Sejak bertemu Absal, Hayy belajar tentang kehidupan dan agama Islam. Sejak itu, Hayy masuk ke ranah agama dan peradaban. Dalam novelnya, Ibnu Tufail menggambarkan pengembaraan seorang Hayy untuk mencari sebuah kebenaran. Mencari kebenaran ternyata bisa dilalui dengan beragam cara dan jalan. Ibnu Tufail mencoba menyampaikan pesan bahwa setiap orang bisa mencapai kebenaran dengan cara dan jalannya sendiri. Ibnu Tufail banyak dipengaruhi pemikiran-pemikiran Avicenna (Ibn Sina) dan pemikiran-pemikiran Sufi.
Ibnu Tufail banyak mengangkat karakter yang sebelumnya sempat diangkat Ibnu Sina. Buku lainnya yang ditulis Ibnu Tufail adalah Philosophus Autodidactus. Karya besarnya dalam bidang filsafat itu merupakan respons Ibnu Tufail terhadap ketidaklogisan filosofi Al-Ghazali yang bertajuk The Incoherence of the Philosophers. Pada abad ke-13, Ibnu Al-Nafis kemudian menulis Al-Risalah al- Kamiliyyah fil Siera al-Nabawiyyah atau dikenal sebagai Theologus Autodidactus di Barat. Risalah itu merupakan respons terhadap Philosophus Autodidactus karya Ibnu Tufail.
Pengaruh Ibnu Tufail di Barat Kehebatan novel karya Ibnu Tufail yang berjudul Hayy ibn Yaqdhan ternyata mampu mengguncang ranah sastra dunia Barat. Novel yang ditulisnya itu begitu digemari dan dikagumi masyara kat Eropa. Tak heran jika novelnya itu menjadi best seller di seluruh Eropa Barat pada abad ke-17 dan abad ke-18. Hasil karyanya dalam bidang filsafat juga memiliki pengaruh yang mendalam terhadap filsafat Islam klasik dan filsafat modern Barat. Karyanya telah turut menggerakkan kaum intelektual Eropa untuk melakukan gerakan pencerahan. Pemikiran Ibnu Tufail telah mencerahkan sejumlah ilmuwan penting Eropa, seperti Thomas Hobbes, John Locke, Isaac Newton, dan Immanuel Kant.
Buku filsafat yang ditulisnya diterjemahkan dalam bahasa Latin, Philosophus Autodidactus, pertama kali beredar di Barat tahun 1671. Buku itu dialihbahasakan oleh Edward Pococke. Terjemahan bahasa Inggrisnya pertama kali ditulis oleh Simon Ockley dan dipublikasikan pada 1708. Novelnya pun diterjemahkan ke da lam bahasa Latin dan Inggris. Novel terjemahan itu kemudian menginspirasikan Daniel Defoe untuk menulis Robinson Crusoe, yang juga menceritakan gurun pasir, dan novel pertama dalam bahasa Inggris. Novel ini juga terinspirasi dari konsep tabula rasa yang dikembangkan dalam An Essay mengenai Human Understanding (1690) oleh John Locke, seorang mahasiswa Pococke.
Ibnu Tufail meninggal dunia pada ta hun 1185 M di Maroko. Hingga kini, namanya tetap abadi lewat karya tulis yang dihasilkannya. Dunia Barat tetap menghormati dan mengaguminya se bagai seorang ilmuwan hebat. Sa yang nya, justru peradaban Islam yang kerap melupakan jasa-jasa ilmuwan Muslim di era keemasannya. Peradaban Islam modern lebih takjub pada ilmuwan-ilmuwan Barat yang se jatinya belajar dari ilmuwan Muslim. Tak heran jika generasi muda Muslim lebih mengetahui ilmuwan Barat diban ding kan ilmuwan Islam. Sosok Ibnu Tu fail sangat penting untuk dikaji dan di perkenalkan kepada generasi muda Is lam. Sehingga, mereka bisa bangga dan me niru jejak perjuangannya. desy susilawati
Kontribusi Sang Ilmuwan
Peradaban modern sangat berutang budi kepada Ibnu Tufail. Baik peradaban Islam maupun Barat telah merasakan sumbangan penting yang diberikan Ibnu Tufail. Sang dokter sekaligus filsuf kenamaan dari Spanyol Muslim itu te lah berkontribusi besar memajukan peradab an lewat karya-karya besarnya. Sejarah mencatat, Ibnu Tufail telah berjasa dalam beberapa bidang, antara lain filsafat, sastra, kedokteran, dan psikologi. Inilah sumbangan penting Ibnu Tufail bagi kemajuan sains dan sastra.
Filsafat dan sastra Dalam bidang sastra dan filsafat, Ibnu Tufail sangat populer lewat novel filosofis bertajuk Hayy ibn Yaqdhan. Sedangkan, dalam bidang filsafat, ia begitu termasyhur lewat bukunya yang dikenal masyarakat Barat dengan judul Philosophus Autodidactus. Dalam Hayy Ibn Yaqthan, Ibnu Tufail mencoba menghidupkan pendapat Mu’tazilah bahwa akal manusia begitu kuatnya sehingga ia dapat mengetahui masalahmasalah keagamaan seperti adanya Tuhan.
Ia juga memaparkan wajibnya manusia ber terima kasih kepada Tuhan; kebaikan serta kejahatan; dan kewajiban manusia berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat. Dalam hal-hal ini, wahyu datang untuk memperkuat akal. Dan, akal orang yang terpencil di suatu pulau, jauh dari masyarakat manusia, dapat mencapai kesempurnaan sehingga ia sanggup menerima pancaran ilmu dari Tuhan. Sedangkan, Philosophus Autodidactus yang tercatat sebagai sebuah karya besar dalam bidang filsafat ditulis Ibnu Tufail sebagai respons terhadap ketidaklogisan filosofi Al-Ghazali yang bertajuk The Incoherence of the Philosophers.
Pada abad ke-13, Ibnu Al- Nafis kemudian menulis Al-Risalah al- Kamiliyyah fil Siera al-Nabawiyyah atau dikenal sebagai Theologus Autodidactus di Barat. Risalah itu merupakan respons terhadap Philosophus Autodidactus karyai Ibnu Tufail.
Kedokteran Dunia kedokteran Spanyol Islam dikenal sebagai pusat bedah kedokteran dan anestesi. Dari Spanyol Islam-lah, bidang kedokteran itu berkembang. Sebagai seorang dokter terkemuka di Andalusia, Ibnu Tufail juga tercatat sebagai ilmuwan pertama yang turut mendukung pembedahan dan autopsi mayat. Dukungannya itu dtuangkan dalam novelnya.
Psikologi Dalam studi psikologi, Ibnu Tufail menyumbangkan pemikirannya lewat argumen tabula rasa. Tabula rasa secara epsitemologi dipahami sebagai seorang manusia yang lahir tanpa isi mental bawaan. Dengan kata lain, manusia itu kosong. Seluruh sumber pengetahuan itu diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat indranya terhadap dunia di luar dirinya.
Ibnu Tufail juga termasyhur sebagai seorang politikus ulung. Kariernya di bidang politik dan pemerintahan juga terbilang moncer. Ia sempat ditahbiskan sebagai pejabat di pengadilan Spanyol Islam. Tak cuma itu, Ibnu Tufail pun dipercaya Sultan Dinasti Mu wahiddun menduduki jabatan menteri hingga menjadi gubernur untuk wilayah Sabtah dan Tonjah di Magribi dan sekretaris penguasa Granada.
Sang dokter dan ilmuwan kenamaan dari Spayol Islam ini terlahir pada tahun 1105 M di Guadix, Granada. Setelah beranjak dewasa, Ibnu Tufail berguru kepada Ibnu Bajjah (1100-1138 M), seorang il muwan besar yang memiliki banyak keahlian. Berkat bimbingan sang guru yang multitalenta itu, Ibnu Tufail pun menjelma menjadi seorang ilmuwan besar.
Pemikiran Ibnu Tufail banyak me me ngaruhi Ibnu Rushd alias Averroes (1126- 1198 M). Ibnu Rushd dikenal se bagai salah seorang murid Ibnu Tufail yang sukses. Bahkan, menurut catatan sejarah, astronomer Nur Ed-Din Al-Bet rugi juga sempat menimba ilmu dari Ibnu Tufail. Ibnu Rushd adalah murid kesayangan Ibnu Tufail. Tak heran jika ia mere ko mendasikan Ibnu Rushd menggantikannya setelah pensiun pada 1182 M.
Suatu hari, Abu Bakar Ibnu Tufail memanggil saya dan memberi tahu saya,’‘ tutur Ibnu Rushd dalam buku catatannya. Sang guru memintanya untuk menggantikan posisinya. Ibnu Tufail begitu percaya kepada kemampuan Ibnu Rushd. ‘’Saya yakin Anda bisa karena saya tahu kemampuan Anda.’‘ Ibnu Tufail mewariskan ilmu yang di perolehnya dari Ibnu Bajjah kepada Ibnu Rushd. Ketiga ilmuwan itu turut meno pang perkembangan peradaban Islam di Spanyol. Itulah yang membuat Cor do ba pusat Pemerintahan Spanyol Islam mampu mengimbangi kejayaan ke kha lifahan Islam Abbasiyah di Baghdad.
Hayy ibn Yaqdhan Pamor Ibnu Tufail cukup disegani para pemikir Muslim ataupun non- Muslim. Nama besarnya semakin melambung setelah mengarang sebuah karya sastra berjudul Hayy ibn Yaqdhan (Alive, Son of Awake). Karya sastra yang legendaris itu berupa roman filsafat dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri di sebuah pulau tanpa ada hubungan dengan manusia lain. Anak ini bernama Hayy yang dipelihara oleh Gazelle (rusa). Ibnu Tufail menggambarkan Hayy sejak bayi tinggal sendiri di sebuah pulau yang penuh dengan binatang buas. Hayy dibesarkan rusa. Hingga suatu saat, rusa yang dianggap Hayy sebagai sang ‘ibu’ mati. Setelah itu, Hayy tumbuh dewasa dan menjadi tuan di pulau tersebut.
Keadaan sedikit berubah ketika Hayy bertemu dengan makhluk hidup yang ia pikir hewan, namun berbicara dengan bahasa lain dan menggunakan pakaian. Dialah Absal. Sejak bertemu Absal, Hayy belajar tentang kehidupan dan agama Islam. Sejak itu, Hayy masuk ke ranah agama dan peradaban. Dalam novelnya, Ibnu Tufail menggambarkan pengembaraan seorang Hayy untuk mencari sebuah kebenaran. Mencari kebenaran ternyata bisa dilalui dengan beragam cara dan jalan. Ibnu Tufail mencoba menyampaikan pesan bahwa setiap orang bisa mencapai kebenaran dengan cara dan jalannya sendiri. Ibnu Tufail banyak dipengaruhi pemikiran-pemikiran Avicenna (Ibn Sina) dan pemikiran-pemikiran Sufi.
Ibnu Tufail banyak mengangkat karakter yang sebelumnya sempat diangkat Ibnu Sina. Buku lainnya yang ditulis Ibnu Tufail adalah Philosophus Autodidactus. Karya besarnya dalam bidang filsafat itu merupakan respons Ibnu Tufail terhadap ketidaklogisan filosofi Al-Ghazali yang bertajuk The Incoherence of the Philosophers. Pada abad ke-13, Ibnu Al-Nafis kemudian menulis Al-Risalah al- Kamiliyyah fil Siera al-Nabawiyyah atau dikenal sebagai Theologus Autodidactus di Barat. Risalah itu merupakan respons terhadap Philosophus Autodidactus karya Ibnu Tufail.
Pengaruh Ibnu Tufail di Barat Kehebatan novel karya Ibnu Tufail yang berjudul Hayy ibn Yaqdhan ternyata mampu mengguncang ranah sastra dunia Barat. Novel yang ditulisnya itu begitu digemari dan dikagumi masyara kat Eropa. Tak heran jika novelnya itu menjadi best seller di seluruh Eropa Barat pada abad ke-17 dan abad ke-18. Hasil karyanya dalam bidang filsafat juga memiliki pengaruh yang mendalam terhadap filsafat Islam klasik dan filsafat modern Barat. Karyanya telah turut menggerakkan kaum intelektual Eropa untuk melakukan gerakan pencerahan. Pemikiran Ibnu Tufail telah mencerahkan sejumlah ilmuwan penting Eropa, seperti Thomas Hobbes, John Locke, Isaac Newton, dan Immanuel Kant.
Buku filsafat yang ditulisnya diterjemahkan dalam bahasa Latin, Philosophus Autodidactus, pertama kali beredar di Barat tahun 1671. Buku itu dialihbahasakan oleh Edward Pococke. Terjemahan bahasa Inggrisnya pertama kali ditulis oleh Simon Ockley dan dipublikasikan pada 1708. Novelnya pun diterjemahkan ke da lam bahasa Latin dan Inggris. Novel terjemahan itu kemudian menginspirasikan Daniel Defoe untuk menulis Robinson Crusoe, yang juga menceritakan gurun pasir, dan novel pertama dalam bahasa Inggris. Novel ini juga terinspirasi dari konsep tabula rasa yang dikembangkan dalam An Essay mengenai Human Understanding (1690) oleh John Locke, seorang mahasiswa Pococke.
Ibnu Tufail meninggal dunia pada ta hun 1185 M di Maroko. Hingga kini, namanya tetap abadi lewat karya tulis yang dihasilkannya. Dunia Barat tetap menghormati dan mengaguminya se bagai seorang ilmuwan hebat. Sa yang nya, justru peradaban Islam yang kerap melupakan jasa-jasa ilmuwan Muslim di era keemasannya. Peradaban Islam modern lebih takjub pada ilmuwan-ilmuwan Barat yang se jatinya belajar dari ilmuwan Muslim. Tak heran jika generasi muda Muslim lebih mengetahui ilmuwan Barat diban ding kan ilmuwan Islam. Sosok Ibnu Tu fail sangat penting untuk dikaji dan di perkenalkan kepada generasi muda Is lam. Sehingga, mereka bisa bangga dan me niru jejak perjuangannya. desy susilawati
Kontribusi Sang Ilmuwan
Peradaban modern sangat berutang budi kepada Ibnu Tufail. Baik peradaban Islam maupun Barat telah merasakan sumbangan penting yang diberikan Ibnu Tufail. Sang dokter sekaligus filsuf kenamaan dari Spanyol Muslim itu te lah berkontribusi besar memajukan peradab an lewat karya-karya besarnya. Sejarah mencatat, Ibnu Tufail telah berjasa dalam beberapa bidang, antara lain filsafat, sastra, kedokteran, dan psikologi. Inilah sumbangan penting Ibnu Tufail bagi kemajuan sains dan sastra.
Filsafat dan sastra Dalam bidang sastra dan filsafat, Ibnu Tufail sangat populer lewat novel filosofis bertajuk Hayy ibn Yaqdhan. Sedangkan, dalam bidang filsafat, ia begitu termasyhur lewat bukunya yang dikenal masyarakat Barat dengan judul Philosophus Autodidactus. Dalam Hayy Ibn Yaqthan, Ibnu Tufail mencoba menghidupkan pendapat Mu’tazilah bahwa akal manusia begitu kuatnya sehingga ia dapat mengetahui masalahmasalah keagamaan seperti adanya Tuhan.
Ia juga memaparkan wajibnya manusia ber terima kasih kepada Tuhan; kebaikan serta kejahatan; dan kewajiban manusia berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat. Dalam hal-hal ini, wahyu datang untuk memperkuat akal. Dan, akal orang yang terpencil di suatu pulau, jauh dari masyarakat manusia, dapat mencapai kesempurnaan sehingga ia sanggup menerima pancaran ilmu dari Tuhan. Sedangkan, Philosophus Autodidactus yang tercatat sebagai sebuah karya besar dalam bidang filsafat ditulis Ibnu Tufail sebagai respons terhadap ketidaklogisan filosofi Al-Ghazali yang bertajuk The Incoherence of the Philosophers.
Pada abad ke-13, Ibnu Al- Nafis kemudian menulis Al-Risalah al- Kamiliyyah fil Siera al-Nabawiyyah atau dikenal sebagai Theologus Autodidactus di Barat. Risalah itu merupakan respons terhadap Philosophus Autodidactus karyai Ibnu Tufail.
Kedokteran Dunia kedokteran Spanyol Islam dikenal sebagai pusat bedah kedokteran dan anestesi. Dari Spanyol Islam-lah, bidang kedokteran itu berkembang. Sebagai seorang dokter terkemuka di Andalusia, Ibnu Tufail juga tercatat sebagai ilmuwan pertama yang turut mendukung pembedahan dan autopsi mayat. Dukungannya itu dtuangkan dalam novelnya.
Psikologi Dalam studi psikologi, Ibnu Tufail menyumbangkan pemikirannya lewat argumen tabula rasa. Tabula rasa secara epsitemologi dipahami sebagai seorang manusia yang lahir tanpa isi mental bawaan. Dengan kata lain, manusia itu kosong. Seluruh sumber pengetahuan itu diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat indranya terhadap dunia di luar dirinya.
Tokoh Islam dengan semangat Kitabullah
Assalamualaikum Sobat,
Ketika Sobat membuka lembaran majalah ini maka sobat sedang berhadapan dengan ilmu sejarah yang tidak boleh kita lupakan,. Kata bung karno dalam sebuah pidato agungnya, “jangan Sekali Kali meninggalkan Sejarah”. Dalam Sejarah Kebudayaan Islam Yaitu Zaman Keemasan Islam, dimana Orang-orang yang hidup di zaman itu mengalami kemajuan & perkembangan yang begitu pesat. jika ada pertanyaan kenapa Ummat pada saat itu mengalami kemajuan dan kenapa sekarang tidak seperti dulu,,? Maka salah satu dari sekian factor dari hal tersebut adalah Ummat sekarang ini tidak lagi dan tidak mau atau bahkan tidak tahu menahu bahwa mereka (Ummat dizaman Keemasan itu) Pembaca dan pelakon dari keseluruhan Kitab yang diturunkan Allah swt melalui para nabi & Rasulnya.
Ya Benar! Mereka Membaca Kitab Taurat, Zabur,Injil,Dan AlQur’an. Perbedaan mendasarnya sebenarnya sepele. Kalau dulu kitab kitab Allah itu dibaca tanpa ada rasa keraguan sedikitpun, sedangakan ummat yang dimana kita hidup saat ini membacanya pun penuh keragu raguan dan menganggap kitab kitab terdahulu sudah tidak relevan dengan zaman sekarang, bahkan ada yang tidak mengakui secara lahiriah dan bathiniyah kitab kitab tersebut selain Alqur’an.
Memang Sangat disayangkan namun inilah yang terjadi. lalu apakah kita menjadi orang yang menyekutukan Allah ketika mebaca dan mempelajari kitab kitab tersebut? Tentu saja tidak Alqur’an sendiri pun menjelaskan :
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. Dan kami telah menetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. (QS :Al-maa’idah Ayat Ke 44)
Namun disini kita tidak akan panjang lebar dalam menjelaskan kenapa kita harus membaca kitab kitab terdahulu akan tetapi penulis akan menceritakan salah satu tokoh ilmuwan islam yang mempelajari kitab terdahulu dan akhirnya banyak menemukan Teknologi teknologi “modern” di zamannya.
Pernahkah Anda mempelajari hukum refraksi (pembiasan) dalam ilmu fisika? Dunia fisika modern mengklaim bahwa hukum pembiasan ditemukan oleh fisikawan asal Belanda bernama Willebrord Snell (1591 - 1626) pada 1621. Padahal, enam abad sebelum Snell menemukan hukum pembiasan cahaya, ilmuwan Muslim bernama Ibnu Sahl telah mencetuskannya.
Hukum pembiasan cahaya itu dituangkan Ibnu Sahl dalam risalah yang ditulisnya pada 984 M berjudul On Burning Mirrors and Lenses. Dalam risalah ilmu fisika yang sangat penting itu, Ibnu Sahl menjelaskan secara perinci dan jelas tentang cermin membengkok dan lensa membengkok serta titik api atau titik fokus.
Secara matematis, hukum pembiasan yang dicetuskan Ibnu Sahl setara dengan hukum Snell. Ibnu Sahl menggunakan hukum pembiasan cahayanya untuk memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus cahayanya berada di sebuah titik poros. Sekitar 600 tahun kemudian, Snell juga mengungkapkan hal yang sama. Menurut Snell, sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
Inilah salah satu fakta betapa ilmuwan Muslim telah lebih dulu menemukan berbagai temuan penting dalam khazanah keilmuan. Ibnu Sahl adalah ilmuwan perintis di bidang ilmu optik. Howard R Turner dalam bukunya bertajuk Science in Medival Islam pun mengakui bahwa ilmu optik merupakan penemuan asli dari sarjana Muslim.
''Ilmu optik merupakan penemuan ilmiah para sarjana Muslim yang paling orisinall dan penting dalam sejarah Islam,'' ungkap Turner. Pernyataan Turner itu membuktikan bahwa dunia modern yang didominasi Barat tak boleh menafikkan peran sarjana Muslim di era keemasan. Sebab, dari para ilmuwan Muslim-lah, sarjana Barat, seperti Leonardo da Vinci, Kepler, Roger Bacon, serta yang lainnya belajar ilmu optik.
Keberhasilan umat Islam menguasai bidang optik di masa kekhalifahan berawal dari kerja keras para filsuf, ahli matematika, dan ahli kesehatan yang mempelajari sifat fundamental dan cara bekerja pandangan dan cahaya. Di abad ke-9 M, ilmuwan Muslim dengan tekun menggali dan mempelajari karya-karya ilmuwan Yunani, seperti Euclid serta risalah-risalah astronom Mesir, Ptolemeus, tentang optik.
Lalu, siapakah sebenarnya Ibnu Sahl itu? Sejatinya, pakar optik termasyhur itu bernama lengkap Abu Sad Al-Ala ibnu Sahl atau lebih dikenal dengan Ibnu Sahl. Ia adalah ilmuwan yang mengabdikan dirinya di istana Khalifah Abbasiyah Baghdad. Fisikawan Muslim asal Arab itu terlahir pada 940 M dan meninggal di tahun 1000. Keberhasilannya dalam bidang optik membuktikan bahwa dirinya adalah ilmuwan besar dalam era keemasan Islam.
Ilmuwan yang satu ini tercatat menguasai tiga ilmu penting, yakni optik, matematika, dan fisika. Namun, menurut Len Berggren, Ibnu Sahl juga menguasai bidang geometri yang ditulis akhir abad ke-10 M. ''Ibnu Sahl adalah seorang ahli ilmu geometri terkemuka,'' papar Berggren.
Sejarah optik modern kerap kali menyebut nama Ibnu Haitham (965-1039) sebagai ''Bapak Ilmu Optik Modern''. Ternyata, Ibnu Haitham pun banyak terpengaruh oleh Ibnu Sahl. R Rashed (1993) dalam bukunya Geometrie et dioptrique au Xe siècle: Ibn Sahl, al-Quhi et Ibn al-Haytham menyatakan bahwa risalah Ibnu Sahl telah digunakan Ibnu al-Haitham (965-1039).
Rashed berhasil menemukan naskah yang telah terpisah di dua perpustakaan. Dia mengumpulkan kembali naskah tersebut, diterjemahkan, dan diterbitkan. Menurut Rashed, dalam karyanya, Ibnu Haitham menyebut nama Ibnu Sahl, seorang ahli optik yang bekerja dan hidup pada akhir abad ke-10 dan awal abad ke-11. Di sisi lain, dia berkomentar di salah satu risalah Ibnu Sahl berjudul al-Kuhi .
Dalam bidang optik, Ibnu Sahl bukanlah ilmuwan pertama di dunia Islam. Seabad sebelumnya, peradaban Islam memiliki Al-Kindi (801 - 873 M) yang telah mengembangkan bidang kajian optik. Hasil kerja kerasnya mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. Buah pikir Al-Kindi tentang optik terekam dalam kitab berjudul De Radiis Stellarum . Buku yang ditulisnya itu sangat berpengaruh bagi sarjana Barat, seperti Robert Grosseteste dan Roger Bacon.
Tak heran, bila teori-teori yang dicetuskan Al-Kindi tentang ilmu optik telah menjadi hukum-hukum perspektif di era Renaisans Eropa. Secara lugas, Al-Kindi menolak konsep tentang penglihatan yang dilontarkan Aristoteles. Dalam pandangan ilmuwan Yunani itu, penglihatan merupakan bentuk yang diterima mata dari objek yang sedang dilihat. Namun, menurut Al-Kindi, penglihatan justru ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke objek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat.
Ilmuwan lainnya yang tak kalah fenomenal dibandingkan Ibnu Sahl adalah Ibnu Al-Haitham (965 M - 1040 M). Menurut Turner, Al-Haitham adalah sarjana Muslim yang mengkaji ilmu optik dengan kualitas riset yang tinggi dan sistematis. "Pencapaian dan keberhasilannya begitu spektakuler,'' puji Turner.
Al-Haitham adalah sarjana pertama menemukan pelbagai data penting mengenai cahaya. Salah satu karyanya yang paling fenomenal adalah Kitab Al-Manazir (Buku Optik). Dalam kitab itu, ia menjelaskan beragam fenomena cahaya, termasuk sistem penglihatan manusia. Saking fenomenalnya, kitab itu telah menjadi buku rujukan paling penting dalam ilmu optik. Selama lebih dari 500 tahun, buku itu dijadikan pegangan.
Pada 1572 M, Kitab Al-Manazir diterjemahkan ke bahasa Latin, Opticae Thesaurus. Dalam kitab itu, dia mengupas ide-idenya tentang cahaya. Sang ilmuwan Muslim itu meyakini bahwa sinar cahaya keluar dari garis lurus dari setiap titik di permukaan yang bercahaya.
Selain itu, Al-Haitham memecahkan misteri tentang lintasan cahaya melalui berbagai media dan serangkaian percobaan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Keberhasilannya yang lain adalah ditemukannya teori pembiasan cahaya. Al-Haitham pun sukses melakukan eksperimen pertamanya tentang penyebaran cahaya terhadap berbagai warna.
Optik di Dunia Islam
Ilmu optik adalah ilmu yang dikembangkan secara khusus para ilmuwan Muslim di era kejayaan. Para filsuf, ahli matematika, dan ahli kesehatan Muslim yang paling menonjol di zaman itu berupaya keras mempelajari sifat fundamental dan cara bekerja pandangan serta cahaya.
''Di bidang ilmu optik inilah mereka menghasilkan apa yang barangkali merupakan penemuan ilmiah paling orisinal dan penting dalam sejarah dunia Islam,'' papar Howard R Turner dalam bukunya berjudul Science in Medival Islam.
Para ilmuwan Muslim itu memiliki akses terhadap kekayaan warisan pengetahuan Yunani yang berkaitan dengan cahaya dan penglihatan. Salah satu karya penting yang memberi inspirasi pada ilmuwan Muslim adalah karya-karya yang ditulis oleh ahli matematika, Euclid, pada abad ketiga SM. Selain itu, para ilmuwan Muslim pun mempelajari risalah-risalah yang dihasilkan astronom Mesir, Ptolemeus.
Menurut Turner, literatur-literatur pra-Islam ini menggali berbagai topik, mulai dari refleksi, refraksi, proyeksi citra melalui lubang, pelangi, hingga anatomi dan cara bekerja mata. Risalah-risalah Yunani dalam bidang-bidang ini telah menggunakan istilah beberapa disiplin, termasuk matematika, filsafat alam, dan pengobatan.
Dengan mempelajari teori-teori Euclid yang berjudul Optics, papar Turner, para ilmuwan Islam pun dengan cepat mengembangkan ilmu optik. Mereka menjadi peletak dasar ilmu optik modern. Al-Kindi, misalnya, mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya juga prinsip-prinsip visual.
Buah pemikiran Al-Kindi itu kemudian menjadi hukum-hukum perspektif pada zaman Renaisans Eropa. Ditakdirkan untuk menyatukan unsur-unsur sains kealaman dan matematika, Al-Kindi menolak konsep Aristoteles tentang penglihatan sebagai bentuk yang diterima oleh mata dari objek yang sedang dilihat. Sebaliknya, ia memahami penglihatan ditimbulkan oleh daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke objek dalam bentuk kerucut radiasi.
Seiring waktu, pencapaian dunia Islam dalam bidang optik berkembang semakin pesat. Terinspirasi karya Ibnu Sahl, ahli fisika Muslim terkemuka Ibnu Haitham mengembangkan ilmu optik lebih hebat lagi. Salah satunya, Ibnu Haitham mampu menciptakan ''kamera obscura''.
Temuan itu berasal dari upaya Ibnu Haitham untuk mempelajari gerhana matahari. Ibnu Haitham kemudian membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari seminyata diproyeksikan melaluinya ke permukaan datar. Contoh pertama dari ilmu optik "kamera obscura" ini mendahului prinsip-prinsip fotografi modern. Percobaan-percobaan utama yang dikembangkan Ibnu Haitham dengan menggunakan cermin pembakar berbentuk parabolik, memberi jalan menuju lensa-lensa untuk teleskop dan mikroskop masa depan.
Dengan meneliti mata manusia, Ibnu Haitham mempelajari strukturnya, menganalisis penglihatan stereo, dan merumuskan metode bagaimana manusia menangkap citra. Begitulah, peradaban Islam mengembangkan ilmu optik hingga mampu mengubah dunia. Berbekal hasil karya dan pemikiran ilmuwan Islam di zaman keemasan, peradaban Barat akhirnya mampu mengembangkan ilmu optik lebih hebat lagi. Meski begitu, mereka tak bisa melupakan jasa umat Islam.
Ketika Sobat membuka lembaran majalah ini maka sobat sedang berhadapan dengan ilmu sejarah yang tidak boleh kita lupakan,. Kata bung karno dalam sebuah pidato agungnya, “jangan Sekali Kali meninggalkan Sejarah”. Dalam Sejarah Kebudayaan Islam Yaitu Zaman Keemasan Islam, dimana Orang-orang yang hidup di zaman itu mengalami kemajuan & perkembangan yang begitu pesat. jika ada pertanyaan kenapa Ummat pada saat itu mengalami kemajuan dan kenapa sekarang tidak seperti dulu,,? Maka salah satu dari sekian factor dari hal tersebut adalah Ummat sekarang ini tidak lagi dan tidak mau atau bahkan tidak tahu menahu bahwa mereka (Ummat dizaman Keemasan itu) Pembaca dan pelakon dari keseluruhan Kitab yang diturunkan Allah swt melalui para nabi & Rasulnya.
Ya Benar! Mereka Membaca Kitab Taurat, Zabur,Injil,Dan AlQur’an. Perbedaan mendasarnya sebenarnya sepele. Kalau dulu kitab kitab Allah itu dibaca tanpa ada rasa keraguan sedikitpun, sedangakan ummat yang dimana kita hidup saat ini membacanya pun penuh keragu raguan dan menganggap kitab kitab terdahulu sudah tidak relevan dengan zaman sekarang, bahkan ada yang tidak mengakui secara lahiriah dan bathiniyah kitab kitab tersebut selain Alqur’an.
Memang Sangat disayangkan namun inilah yang terjadi. lalu apakah kita menjadi orang yang menyekutukan Allah ketika mebaca dan mempelajari kitab kitab tersebut? Tentu saja tidak Alqur’an sendiri pun menjelaskan :
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. Dan kami telah menetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. (QS :Al-maa’idah Ayat Ke 44)
Namun disini kita tidak akan panjang lebar dalam menjelaskan kenapa kita harus membaca kitab kitab terdahulu akan tetapi penulis akan menceritakan salah satu tokoh ilmuwan islam yang mempelajari kitab terdahulu dan akhirnya banyak menemukan Teknologi teknologi “modern” di zamannya.
Pernahkah Anda mempelajari hukum refraksi (pembiasan) dalam ilmu fisika? Dunia fisika modern mengklaim bahwa hukum pembiasan ditemukan oleh fisikawan asal Belanda bernama Willebrord Snell (1591 - 1626) pada 1621. Padahal, enam abad sebelum Snell menemukan hukum pembiasan cahaya, ilmuwan Muslim bernama Ibnu Sahl telah mencetuskannya.
Hukum pembiasan cahaya itu dituangkan Ibnu Sahl dalam risalah yang ditulisnya pada 984 M berjudul On Burning Mirrors and Lenses. Dalam risalah ilmu fisika yang sangat penting itu, Ibnu Sahl menjelaskan secara perinci dan jelas tentang cermin membengkok dan lensa membengkok serta titik api atau titik fokus.
Secara matematis, hukum pembiasan yang dicetuskan Ibnu Sahl setara dengan hukum Snell. Ibnu Sahl menggunakan hukum pembiasan cahayanya untuk memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus cahayanya berada di sebuah titik poros. Sekitar 600 tahun kemudian, Snell juga mengungkapkan hal yang sama. Menurut Snell, sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
Inilah salah satu fakta betapa ilmuwan Muslim telah lebih dulu menemukan berbagai temuan penting dalam khazanah keilmuan. Ibnu Sahl adalah ilmuwan perintis di bidang ilmu optik. Howard R Turner dalam bukunya bertajuk Science in Medival Islam pun mengakui bahwa ilmu optik merupakan penemuan asli dari sarjana Muslim.
''Ilmu optik merupakan penemuan ilmiah para sarjana Muslim yang paling orisinall dan penting dalam sejarah Islam,'' ungkap Turner. Pernyataan Turner itu membuktikan bahwa dunia modern yang didominasi Barat tak boleh menafikkan peran sarjana Muslim di era keemasan. Sebab, dari para ilmuwan Muslim-lah, sarjana Barat, seperti Leonardo da Vinci, Kepler, Roger Bacon, serta yang lainnya belajar ilmu optik.
Keberhasilan umat Islam menguasai bidang optik di masa kekhalifahan berawal dari kerja keras para filsuf, ahli matematika, dan ahli kesehatan yang mempelajari sifat fundamental dan cara bekerja pandangan dan cahaya. Di abad ke-9 M, ilmuwan Muslim dengan tekun menggali dan mempelajari karya-karya ilmuwan Yunani, seperti Euclid serta risalah-risalah astronom Mesir, Ptolemeus, tentang optik.
Lalu, siapakah sebenarnya Ibnu Sahl itu? Sejatinya, pakar optik termasyhur itu bernama lengkap Abu Sad Al-Ala ibnu Sahl atau lebih dikenal dengan Ibnu Sahl. Ia adalah ilmuwan yang mengabdikan dirinya di istana Khalifah Abbasiyah Baghdad. Fisikawan Muslim asal Arab itu terlahir pada 940 M dan meninggal di tahun 1000. Keberhasilannya dalam bidang optik membuktikan bahwa dirinya adalah ilmuwan besar dalam era keemasan Islam.
Ilmuwan yang satu ini tercatat menguasai tiga ilmu penting, yakni optik, matematika, dan fisika. Namun, menurut Len Berggren, Ibnu Sahl juga menguasai bidang geometri yang ditulis akhir abad ke-10 M. ''Ibnu Sahl adalah seorang ahli ilmu geometri terkemuka,'' papar Berggren.
Sejarah optik modern kerap kali menyebut nama Ibnu Haitham (965-1039) sebagai ''Bapak Ilmu Optik Modern''. Ternyata, Ibnu Haitham pun banyak terpengaruh oleh Ibnu Sahl. R Rashed (1993) dalam bukunya Geometrie et dioptrique au Xe siècle: Ibn Sahl, al-Quhi et Ibn al-Haytham menyatakan bahwa risalah Ibnu Sahl telah digunakan Ibnu al-Haitham (965-1039).
Rashed berhasil menemukan naskah yang telah terpisah di dua perpustakaan. Dia mengumpulkan kembali naskah tersebut, diterjemahkan, dan diterbitkan. Menurut Rashed, dalam karyanya, Ibnu Haitham menyebut nama Ibnu Sahl, seorang ahli optik yang bekerja dan hidup pada akhir abad ke-10 dan awal abad ke-11. Di sisi lain, dia berkomentar di salah satu risalah Ibnu Sahl berjudul al-Kuhi .
Dalam bidang optik, Ibnu Sahl bukanlah ilmuwan pertama di dunia Islam. Seabad sebelumnya, peradaban Islam memiliki Al-Kindi (801 - 873 M) yang telah mengembangkan bidang kajian optik. Hasil kerja kerasnya mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. Buah pikir Al-Kindi tentang optik terekam dalam kitab berjudul De Radiis Stellarum . Buku yang ditulisnya itu sangat berpengaruh bagi sarjana Barat, seperti Robert Grosseteste dan Roger Bacon.
Tak heran, bila teori-teori yang dicetuskan Al-Kindi tentang ilmu optik telah menjadi hukum-hukum perspektif di era Renaisans Eropa. Secara lugas, Al-Kindi menolak konsep tentang penglihatan yang dilontarkan Aristoteles. Dalam pandangan ilmuwan Yunani itu, penglihatan merupakan bentuk yang diterima mata dari objek yang sedang dilihat. Namun, menurut Al-Kindi, penglihatan justru ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke objek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat.
Ilmuwan lainnya yang tak kalah fenomenal dibandingkan Ibnu Sahl adalah Ibnu Al-Haitham (965 M - 1040 M). Menurut Turner, Al-Haitham adalah sarjana Muslim yang mengkaji ilmu optik dengan kualitas riset yang tinggi dan sistematis. "Pencapaian dan keberhasilannya begitu spektakuler,'' puji Turner.
Al-Haitham adalah sarjana pertama menemukan pelbagai data penting mengenai cahaya. Salah satu karyanya yang paling fenomenal adalah Kitab Al-Manazir (Buku Optik). Dalam kitab itu, ia menjelaskan beragam fenomena cahaya, termasuk sistem penglihatan manusia. Saking fenomenalnya, kitab itu telah menjadi buku rujukan paling penting dalam ilmu optik. Selama lebih dari 500 tahun, buku itu dijadikan pegangan.
Pada 1572 M, Kitab Al-Manazir diterjemahkan ke bahasa Latin, Opticae Thesaurus. Dalam kitab itu, dia mengupas ide-idenya tentang cahaya. Sang ilmuwan Muslim itu meyakini bahwa sinar cahaya keluar dari garis lurus dari setiap titik di permukaan yang bercahaya.
Selain itu, Al-Haitham memecahkan misteri tentang lintasan cahaya melalui berbagai media dan serangkaian percobaan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Keberhasilannya yang lain adalah ditemukannya teori pembiasan cahaya. Al-Haitham pun sukses melakukan eksperimen pertamanya tentang penyebaran cahaya terhadap berbagai warna.
Optik di Dunia Islam
Ilmu optik adalah ilmu yang dikembangkan secara khusus para ilmuwan Muslim di era kejayaan. Para filsuf, ahli matematika, dan ahli kesehatan Muslim yang paling menonjol di zaman itu berupaya keras mempelajari sifat fundamental dan cara bekerja pandangan serta cahaya.
''Di bidang ilmu optik inilah mereka menghasilkan apa yang barangkali merupakan penemuan ilmiah paling orisinal dan penting dalam sejarah dunia Islam,'' papar Howard R Turner dalam bukunya berjudul Science in Medival Islam.
Para ilmuwan Muslim itu memiliki akses terhadap kekayaan warisan pengetahuan Yunani yang berkaitan dengan cahaya dan penglihatan. Salah satu karya penting yang memberi inspirasi pada ilmuwan Muslim adalah karya-karya yang ditulis oleh ahli matematika, Euclid, pada abad ketiga SM. Selain itu, para ilmuwan Muslim pun mempelajari risalah-risalah yang dihasilkan astronom Mesir, Ptolemeus.
Menurut Turner, literatur-literatur pra-Islam ini menggali berbagai topik, mulai dari refleksi, refraksi, proyeksi citra melalui lubang, pelangi, hingga anatomi dan cara bekerja mata. Risalah-risalah Yunani dalam bidang-bidang ini telah menggunakan istilah beberapa disiplin, termasuk matematika, filsafat alam, dan pengobatan.
Dengan mempelajari teori-teori Euclid yang berjudul Optics, papar Turner, para ilmuwan Islam pun dengan cepat mengembangkan ilmu optik. Mereka menjadi peletak dasar ilmu optik modern. Al-Kindi, misalnya, mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya juga prinsip-prinsip visual.
Buah pemikiran Al-Kindi itu kemudian menjadi hukum-hukum perspektif pada zaman Renaisans Eropa. Ditakdirkan untuk menyatukan unsur-unsur sains kealaman dan matematika, Al-Kindi menolak konsep Aristoteles tentang penglihatan sebagai bentuk yang diterima oleh mata dari objek yang sedang dilihat. Sebaliknya, ia memahami penglihatan ditimbulkan oleh daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke objek dalam bentuk kerucut radiasi.
Seiring waktu, pencapaian dunia Islam dalam bidang optik berkembang semakin pesat. Terinspirasi karya Ibnu Sahl, ahli fisika Muslim terkemuka Ibnu Haitham mengembangkan ilmu optik lebih hebat lagi. Salah satunya, Ibnu Haitham mampu menciptakan ''kamera obscura''.
Temuan itu berasal dari upaya Ibnu Haitham untuk mempelajari gerhana matahari. Ibnu Haitham kemudian membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari seminyata diproyeksikan melaluinya ke permukaan datar. Contoh pertama dari ilmu optik "kamera obscura" ini mendahului prinsip-prinsip fotografi modern. Percobaan-percobaan utama yang dikembangkan Ibnu Haitham dengan menggunakan cermin pembakar berbentuk parabolik, memberi jalan menuju lensa-lensa untuk teleskop dan mikroskop masa depan.
Dengan meneliti mata manusia, Ibnu Haitham mempelajari strukturnya, menganalisis penglihatan stereo, dan merumuskan metode bagaimana manusia menangkap citra. Begitulah, peradaban Islam mengembangkan ilmu optik hingga mampu mengubah dunia. Berbekal hasil karya dan pemikiran ilmuwan Islam di zaman keemasan, peradaban Barat akhirnya mampu mengembangkan ilmu optik lebih hebat lagi. Meski begitu, mereka tak bisa melupakan jasa umat Islam.
Langganan:
Postingan (Atom)